''ETOS KERJA DAN ENTERPRENEURSHIP DALAM ISLAM''
BAB I
PENDAHULUAN
Agama islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist
sebagai tuntunan dan pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya
mengatur dalam segi ibadah saja melainkan juga mengatur dalam memberikan
tuntutan dalam masalah yang berkenaan dalam kerja. Islam sebagai agama Allah
yang sempurna memberikan petunjuk kepada manusia tentang bidang usaha yang
halal, cara berusaha, dan bagaimana manusia harus mengatur hubungan kerja
dengan sesama mereka supaya memberikan manfaat yang baik bagi kepentingan
bersama dan dapat menciptakan kesejahteraan serta kemakmuran hidup bagi segenap
manusia.
Selain itu, islam juga mengatur secara jelas
hubungan kerja antara pemberi kerja dan karyawan atau buruh yang melaksanakan
perintah dari pemberi kerja. Islam juga memberkan petunjuk yang jelas masalah
utang piutang antara seseorang dengan yang lain dalam melakukan transaksi untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, karena masalah utang piutang merupakan hal yang
tidak bisa diabaikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam situasi globalisasi
saat ini kita dituntut untuk menunjukkan etos kerja yang tidak hanya rajin,
gigih, setia, akan tetapi senantiasa menyeimbangkan dengan nilai-nilai islami
yang tentunya tidak boleh melampaui batasan yang telah ditetapkan Al-Qur’an dan
As-Sunnah (hadist dan sunah Rasul). Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Etos Kerja Dalam Islam
Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap,
kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja
dimiliki oleh individu tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Ethos dibentuk oleh berbagai kebiasaan,
pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya.
Etos kerja seorang muslim adalah semangat untuk
menapaki jalan lurus, dalam hal mengambil keputusan pun, para pemimpin harus
memegang amanah terutama para hakim. Hakim berlandaskan pada etos jalan lurus
tersebut sebagaimana Nabi Daud ketika ia diminta untuk memutuskan perkara yang
adil dan harus didasarkan pada nilai-nilai kebenaran, maka berilah keputusan
dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran, sebagaimana dalam QS.
Ash Shahad ayat 22.
إِذْ دَخَلُوا عَلَى دَاوُدَ فَفَزِعَ مِنْهُمْ قَالُوا
لَا تَخَفْ خَصْمَانِ بَغَى بَعْضُنَا عَلَى بَعْضٍ فَاحْكُمْ بَيْنَنَا
بِالْحَقِّ وَلا تُشْطِطْ وَاهْدِنَا إِلَى سَوَاءِ الصِّرَاطِ (٢٢)
“Ketika
mereka masuk (menemui) Nabi Daud lalu ia terkejut karena (kedatangan )
mereka. Mereka berkata: “janganlah kamu merasa takut, (kami) adalah dua orang
yang berperkara yang salah seorang dari kami berbuat zalim kepada yang lain,
maka berilah keputusan antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang
dari kebenaran dan tunjukilah kami jalan yang lurus.”
Seorang muslim yang memiki etos
kerja adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh
manfaat yang merupakan bagian amanah dari Allah SWT. Bekerja adalah fitrah dan
merupakan salah satu identitas manusia, sehingga bekerja yang didasarkan pada
prinsip-prinsip iman tauhid dan tanggung jawab, bukan saja menunjukkan fitrah
seorang muslim tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba
Allah SWT.
B. Aspek Etos Kerja
Menurut Sinamo (2005), setiap manusia
memiliki spirit (roh) keberhasilan, yaitu motivasi murni untuk meraih dan
menikmati keberhasilan. Roh inilah yang menjelma menjadi perilaku yang khas
seperti kerja keras, disiplin, teliti, tekun, integritas, rasional, bertanggung
jawab dan sebagainya. Lalu perilaku yang khas ini berproses menjadi kerja yang
positif, kreatif dan produktif. Kemudian dirumuskan 8 aspek etos kerja sebagai
berikut :
1. Kerja adalah rahmat. Apapun
pekerjaannya adalah rahmat dari Allah, anugerah itu kita terima tanpa syarat.
2. Kerja adalah amanah. Kerja merupakan
titipan berharga yang dipercayakan pada kita sehingga secara moral kita harus
bekerja dengan benar dan penuh tanggung jawab. Etos ini membuat kita bisa
bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam
berbagai bentuknya.
3. Kerja adalah panggilan. Kerja
merupakan suatu darma yang sesuai dengan panggilan jiwa sehingga kita mampu
bekerja dengan penuh integritas. Profesi/pekerjaan disadari sebagai panggilan.
4. Kerja adalah aktualisasi. Pekerjaan
adalah sarana bagi kita untuk mencapai hakikat manusia yang tertinggi, sehingga
kita akan bekerja keras dengan penuh semangat. Apapun pekerjaannya semuanya
adalah bentuk aktualisasi diri.
5. Kerja adalah ibadah. Bekerja
merupakan bentuk bakti dan ketakwaan kepada Tuhan, sehingga melalui bekerja
manusia mengarahkan dirinya pada tujuan dan membuat kita bekerja secara ikhlas.
6. Kerja adalah seni. Kesadaran ini
akan membuat bekeja dengan senang seperti halnya melakukan hoby.
7. Kerja adalah kehormatan. Seremeh
apapun pekerjaannya, itu adalah sebuah kehormatan. Jika bisa menjaga kehormatan
dengan baik, maka kehormatan lain yang lebih besar akan datang kepada kita.
8. Kerja adalah pelayanan. Manusia
bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk
melayani, sehingga harus bekerja dengan sempurna dan penuh kerendahan hati.
Apapun pekerjaannya, sehingga semuanya bisa di maknai sebagai pengabdian pada
sesama.
C. Faktor Etos Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi etos
(etika) kerja, yaitu :
1. Agama. Agama merupakan suatu sitem
nilai yang akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup para penganutnya. Cara
berfikir, bersikap dan bertindak
seseorang pastilah diwarnai oleh ajaran agama yang dianutnya.
2. Budaya. Tekad, disiplin dan semangat
kerja masyarakat juga disebut sebagai etos budaya. Kemudian etos budaya ini
secara operasiaonal juga disebut sebagai etos kerja. Kualitas etos kerja
ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat yang bersangkutan.
3. Sosial Politik. Tinggi atau
rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi juga oleh ada atau tidaknya
struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat
menikmati hasil kerja keras meraka dengan penuh.
4. Kondisi Lingkungan (Geografis). Etos
kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis. Lingkungan alam yang
mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan usaha untuk
dapat mengelola dan mengambil manfaat di lingkungan tersebut.
5. Pendidikan. Etos kerja tidak dapat
dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan SDM akan membuat
seseorang mempunyai etos kerja keras. Meningkatnya kualitas penduduk dapat
tercapai apabila ada pendidikan yang rata dan bermutu, disertai dengan
peningkatan dan perluasan pendidikan, keahlian dan keterampilan, sehingga
semakin meningkat pula aktifitas dan produktifitas masyarakat sebagai pelaku
ekonomi.
6. Motivasi Intrinsik Individu. Etos
kerja merupakan suatu pandangan dan sikap yang didasari oleh nilai-nilai yang
diyakini seseorang. Keyakinan ini menjadi suatu motivasi kerja yang juga
mempengaruhi etos kerja seseorang.
D. Pengertian Enterpreneurship
Enterpreneurship adalah proses kemanusiaan (human
process) yang berkaitan dengan kreativitas serta inovasi dalam memahami
peluang, mengorganisasi sumber-sumber, mengelola sehingga peluang itu terwujud
menjadi suatu usaha yang mampu menghasilkan laba atau nilai untuk jangka waktu
yang lama. Definisi tersebut menitikberatkan kepada aspek kreativitas serta
inovasi, karena dengan sifat kreativitas serta inovatip seseorang dapat
menemukan peluang. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi-kombinasi baru atau hubungan-hubungan baru antar unsur, data,
variabel yang sudah ada sebelumnya. Ciri-ciri orang kreatif adalah :
a. Mandiri.
b. Terbuka terhadap yang baru.
c. Percaya diri.
d. Berani mengambil resiko.
e. Melihat sesuatu dengan tidak biasa.
f. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
g. Dapat menerima perbedaan.
h. Objektif dalam berpikir serta bertindak.
Kegiatan yang bersifat Entrepreneurship misalnya :
a. Menghasilkan produk baru dengan cara baru pula.
b. Menemukan peluang pasar baru dengan menghasilkan
produk baru pula.
c. Mengkombinasikan faktor-faktor produksi dengan cara
baru.
d. Mendukung budaya yang mendorong eksperimen yang
kreatif.
e. Mendorong perilaku eksperimen dll.
Terdapat
beberapa karakteristik dalam pola dasar Entrepreneurship, diantaranya :
1. Sikap mental.
2. Kepemimpinan.
3. Tata laksana.
4. Keterampilan.
E. Pengertian Enterpreneur
Entrepreneur merupakan pelaku dari Entrepreneurship,
yaitu orang yang memiliki kreativitas serta inovatif sehingga mampu menggali
serta menemukan peluang serta mewujudkan menjadi usaha yang menghasilkan
nilai/laba. Kegiatan menemukan sampai mewujudkan peluang menjadi usaha yang
menghasilkan disebut proses Entrepreneurship. Kegiatan Entrepreneur adalah
menciptakan barang jasa baru, proses produksi baru, organisasi (manajemen)
baru, bahan baku baru, pasar baru. Hasil-hasil dari kegiatan-kegiatan
Entrepreneur tersebut menciptakan nilai atau kemampu labaan bagi perusahaan.
Kemampulabaan menciptakan nilai tersebut karena seorang Entrepreneur memiliki
sifat-sifat kretaif serta inovatif.
Peranan Entrepreneur :
a. Meningkatkan standar / kualitas hidup manusia.
b. Sebagai motor penggerak dalam pembangunan nasional.
c. Menciptakan lapangan kerja baru yang dapat
mengatasi pengangguran.
F. Karakteristik Enterpreneur
a. Pekerja
keras.
b. Disiplin.
c. Mandiri
d. Realitas
e. Prestatif
(selalu ingin maju)
f. Komitmen
tinggi
g. Tajam
naluri bisnisnya.
h. Cepat
melihat peluang usaha.
i. Kretaif
j. Ulet
serta siap pada tantangan.
k. Ingin
mencapai sesuatu.
Kegiatan menemukan sampai mewujudkan peluang menjadi usaha yang menghasilkan disebut proses Entrepreneurship. Dalam kegiatan mewujudkan peluang tersebut seorang Entrepreneur diharuskan mempunyai :
a. Memiliki
komitmen serta determinasi serta ketekunan.
b. Mengarah
kepada pencapaian serta pertumbuhan.
c.
Berorientasi kepada sasaran serta peluang.
d. Mengambil
inisiatif serta pertanggung jawaban personal.
e. Tidak
kenal menyerah dalam memecahkan masalah.
f. Realistis
serta memiliki gaya humor.
g. Memanfaatkan
serta selalu mencari umpan balik.
h. Dapat
mengendalikan permasalahan-permasalahan di dalam perusahaan.
i. Mampu
mengelola serta menghitung resiko.
j. Tidak
berorientasi kepada status.
k. Memilki
integritas serta dapat dipercaya.
G. Pola Dasar Enterpreneur
Ilmu Entrepreneurship/ kewiraswastaan adalah ilmu
tentang penghidupan. Ilmu yang akan membukakan pengertian tentang bagaimana
seharusnya manusia meniti penghidupannya serta nilai-nilai apa yang diperlukan
untuk mencapai cita-cita hidup yang hakiki. Untuk membina manusia menjadi
makluk yang berguna, tidak cukup hanya memberikan kecerdasan, ketrampilan atau
kepiawaian teknis saja. Prioritas mendasar adalah dengan membangun sikap mental
yang baik terlebih dahulu. Sebab, seperti pepatah mengatakan, ilmu tanpa sikap
mental menghasilkan kezaliman, sesertagkan sikap mental tanpa ilmu adalah
kelemahan. Dua aspek ini harus hadir salling isi mengisi, karena jika terjadi
absen pada salah satunya, maka akan berdampak buruk.
Struktur
nilai kewiraswastaan dimaksud terdiri dari elemen-elemen :
Sikap Mental (attitude)
Kepemimpinan atau kepeloporan (leadership)
Ketatalaksanaan (management)
Keterampilan (skill)
H. Naluri Enterpreneurship
Setiap kegiatan yang mempunyai bobot persaingan,
memerlukan ketajaman naluri. Demikian juga dengan wiraswastaan pengusaha
bersaing bukan hanya dengan perusahaan-perusahaan pesaing, tetapi juga dengan
keadaan serta situasi-situasi tertentu seperti moneter, ekonomi, politik
perubahan kebijakan pemerintah, serta lain-lain. Untuk dapat mengantisipasi
setiap perkembangan yang mungkin terjadi, seorang wiraswastaan perlu melatih
naluri Entrepreneurshipnya, agar selalu siap menghadapi hal apapun serta tetap
bertahan hidup.
I. Inti Enterpreneurship
Fungsi manusia akan tumbuh sempurna bila pembinaan
dilaksanakan menuruti 4 tahap prioritas yaitu sikap mental, kepemimpinan, tata
laksana serta keterampilan. Sebaliknya, ketidaksempurnaan serta kerusakan atau
kehilangan dari salah satu unsur tersebut, akan mengakibatkan hal-hal negative
pada manusia yang bersangkutan, bahkan bias fatal. Empat lapis prioritas diatas
sebenarnya dapat disederhanakan menjadi hanya 2 (dua) kelompok, yaitu :
1. Kelompok Sikap Mental yang mencakup
lapisan sikap mental itu sendiri serta unsur kepemimpinan atau Leadership
serta.
2. Kelompok Ilmu Pengetahuan, yang
terdiri dari lapisan manajemen serta keterampilan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam hal ini etos kerja dan
enterpreneurship memiliki arti dalam berbagai bahasa serta bisa di artikan
sama, yaitu suatu karakter. Namun keduanya memiliki karakter masing-masing.
Orang yang memiliki etos kerja dan jiwa enterpreneurship disebut enterpreneur.
Untuk menjadi seorang enterpreneur atau orang yang memiliki etos kerja yang
tinggi maka harus memiliki karakter, diantaranya yaitu pekerja keras, disiplin,
mandiri, kreatif, ulet dan memiliki komitmen yang tinggi. Etos kerja dan
enterpreneurship tidak lepas dari faktor dan aspek seperti yang sudah di
jelaskan di atas.
DAFTAR
PUSTAKA
Sinamo,
Jansen. 2005. Delapan Etos Kerja
Profesional : Navigator Anda Menuju Sukses. Grafika Mardi Yuana, Bogor.
Anonim.
1990. Al-Qur’an dan Terjemahan. Depag RI.
Anonim.
1997. Konsep dan etika kerja dalam Islam. Almadani.
Website:
https://pintania.wordpress.com/etos-kerja-dalam-islam/
https://www.google.com/search?q=konsep+entrepreneurship&ie=utf-8&oe=utf-8
Bang kalo pengen download artikel ini gimana?
BalasHapus