Kamis, 17 Mei 2018

MAKALAH ETOS KERJA DAN ENTERPRENEURSHIP DALAM ISLAM


''ETOS KERJA DAN ENTERPRENEURSHIP DALAM ISLAM''




BAB I
 PENDAHULUAN

Agama islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist sebagai tuntunan dan pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi ibadah saja melainkan juga mengatur dalam memberikan tuntutan dalam masalah yang berkenaan dalam kerja. Islam sebagai agama Allah yang sempurna memberikan petunjuk kepada manusia tentang bidang usaha yang halal, cara berusaha, dan bagaimana manusia harus mengatur hubungan kerja dengan sesama mereka supaya memberikan manfaat yang baik bagi kepentingan bersama dan dapat menciptakan kesejahteraan serta kemakmuran hidup bagi segenap manusia.
Selain itu, islam juga mengatur secara jelas hubungan kerja antara pemberi kerja dan karyawan atau buruh yang melaksanakan perintah dari pemberi kerja. Islam juga memberkan petunjuk yang jelas masalah utang piutang antara seseorang dengan yang lain dalam melakukan transaksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena masalah utang piutang merupakan hal yang tidak bisa diabaikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam situasi globalisasi saat ini kita dituntut untuk menunjukkan etos kerja yang tidak hanya rajin, gigih, setia, akan tetapi senantiasa menyeimbangkan dengan nilai-nilai islami yang tentunya tidak boleh melampaui batasan yang telah ditetapkan Al-Qur’an dan As-Sunnah (hadist dan sunah Rasul). Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.












BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat Etos Kerja Dalam Islam
Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Ethos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya.
Etos kerja seorang muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus, dalam hal mengambil keputusan pun, para pemimpin harus memegang amanah terutama para hakim. Hakim berlandaskan pada etos jalan lurus tersebut sebagaimana Nabi Daud ketika ia diminta untuk memutuskan perkara yang adil dan harus didasarkan pada nilai-nilai kebenaran, maka berilah keputusan dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran, sebagaimana dalam QS. Ash Shahad ayat 22.
إِذْ دَخَلُوا عَلَى دَاوُدَ فَفَزِعَ مِنْهُمْ قَالُوا لَا تَخَفْ خَصْمَانِ بَغَى بَعْضُنَا عَلَى بَعْضٍ فَاحْكُمْ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَلا تُشْطِطْ وَاهْدِنَا إِلَى سَوَاءِ الصِّرَاطِ (٢٢)
“Ketika mereka masuk (menemui) Nabi Daud lalu ia terkejut karena (kedatangan ) mereka. Mereka berkata: “janganlah kamu merasa takut, (kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari kami berbuat zalim kepada yang lain, maka berilah keputusan antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah kami jalan yang lurus.”
            Seorang muslim yang memiki etos kerja adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang merupakan bagian amanah dari Allah SWT. Bekerja adalah fitrah dan merupakan salah satu identitas manusia, sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid dan tanggung jawab, bukan saja menunjukkan fitrah seorang muslim tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah SWT.

B. Aspek Etos Kerja
            Menurut Sinamo (2005), setiap manusia memiliki spirit (roh) keberhasilan, yaitu motivasi murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan. Roh inilah yang menjelma menjadi perilaku yang khas seperti kerja keras, disiplin, teliti, tekun, integritas, rasional, bertanggung jawab dan sebagainya. Lalu perilaku yang khas ini berproses menjadi kerja yang positif, kreatif dan produktif. Kemudian dirumuskan 8 aspek etos kerja sebagai berikut :
1.      Kerja adalah rahmat. Apapun pekerjaannya adalah rahmat dari Allah, anugerah itu kita terima tanpa syarat.
2.      Kerja adalah amanah. Kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung jawab. Etos ini membuat kita bisa bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya.
3.      Kerja adalah panggilan. Kerja merupakan suatu darma yang sesuai dengan panggilan jiwa sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas. Profesi/pekerjaan disadari sebagai panggilan.
4.      Kerja adalah aktualisasi. Pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai hakikat manusia yang tertinggi, sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh semangat. Apapun pekerjaannya semuanya adalah bentuk aktualisasi diri.
5.      Kerja adalah ibadah. Bekerja merupakan bentuk bakti dan ketakwaan kepada Tuhan, sehingga melalui bekerja manusia mengarahkan dirinya pada tujuan dan membuat kita bekerja secara ikhlas.
6.      Kerja adalah seni. Kesadaran ini akan membuat bekeja dengan senang seperti halnya melakukan hoby.
7.      Kerja adalah kehormatan. Seremeh apapun pekerjaannya, itu adalah sebuah kehormatan. Jika bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan lain yang lebih besar  akan datang kepada kita.
8.      Kerja adalah pelayanan. Manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani, sehingga harus bekerja dengan sempurna dan penuh kerendahan hati. Apapun pekerjaannya, sehingga semuanya bisa di maknai sebagai pengabdian pada sesama.

C. Faktor Etos Kerja
            Faktor-faktor yang mempengaruhi etos (etika) kerja, yaitu :
1.      Agama. Agama merupakan suatu sitem nilai yang akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup para penganutnya. Cara berfikir, bersikap dan  bertindak seseorang pastilah diwarnai oleh ajaran agama yang dianutnya.
2.      Budaya. Tekad, disiplin dan semangat kerja masyarakat juga disebut sebagai etos budaya. Kemudian etos budaya ini secara operasiaonal juga disebut sebagai etos kerja. Kualitas etos kerja ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat yang bersangkutan.
3.      Sosial Politik. Tinggi atau rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi juga oleh ada atau tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras meraka dengan penuh.
4.      Kondisi Lingkungan (Geografis). Etos kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis. Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat di lingkungan tersebut.
5.      Pendidikan. Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan SDM akan membuat seseorang mempunyai etos kerja keras. Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang rata dan bermutu, disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan, keahlian dan keterampilan, sehingga semakin meningkat pula aktifitas dan produktifitas masyarakat sebagai pelaku ekonomi.
6.      Motivasi Intrinsik Individu. Etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap yang didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang. Keyakinan ini menjadi suatu motivasi kerja yang juga mempengaruhi etos kerja seseorang.






D. Pengertian Enterpreneurship
Enterpreneurship adalah proses kemanusiaan (human process) yang berkaitan dengan kreativitas serta inovasi dalam memahami peluang, mengorganisasi sumber-sumber, mengelola sehingga peluang itu terwujud menjadi suatu usaha yang mampu menghasilkan laba atau nilai untuk jangka waktu yang lama. Definisi tersebut menitikberatkan kepada aspek kreativitas serta inovasi, karena dengan sifat kreativitas serta inovatip seseorang dapat menemukan peluang. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru atau hubungan-hubungan baru antar unsur, data, variabel yang sudah ada sebelumnya. Ciri-ciri orang kreatif adalah :
a. Mandiri.
b. Terbuka terhadap yang baru.
c. Percaya diri.
d. Berani mengambil resiko.
e. Melihat sesuatu dengan tidak biasa.
f. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
g. Dapat menerima perbedaan.
h. Objektif dalam berpikir serta bertindak.

Kegiatan yang bersifat Entrepreneurship misalnya :
a. Menghasilkan produk baru dengan cara baru pula.
b. Menemukan peluang pasar baru dengan menghasilkan produk baru pula.
c. Mengkombinasikan faktor-faktor produksi dengan cara baru.
d. Mendukung budaya yang mendorong eksperimen yang kreatif.
e. Mendorong perilaku eksperimen dll.

Terdapat beberapa karakteristik dalam pola dasar Entrepreneurship, diantaranya :
1.      Sikap mental.
2.      Kepemimpinan.
3.      Tata laksana.
4.      Keterampilan.

E. Pengertian Enterpreneur
Entrepreneur merupakan pelaku dari Entrepreneurship, yaitu orang yang memiliki kreativitas serta inovatif sehingga mampu menggali serta menemukan peluang serta mewujudkan menjadi usaha yang menghasilkan nilai/laba. Kegiatan menemukan sampai mewujudkan peluang menjadi usaha yang menghasilkan disebut proses Entrepreneurship. Kegiatan Entrepreneur adalah menciptakan barang jasa baru, proses produksi baru, organisasi (manajemen) baru, bahan baku baru, pasar baru. Hasil-hasil dari kegiatan-kegiatan Entrepreneur tersebut menciptakan nilai atau kemampu labaan bagi perusahaan. Kemampulabaan menciptakan nilai tersebut karena seorang Entrepreneur memiliki sifat-sifat kretaif serta inovatif.
Peranan Entrepreneur :
a. Meningkatkan standar / kualitas hidup manusia.
b. Sebagai motor penggerak dalam pembangunan nasional.
c. Menciptakan lapangan kerja baru yang dapat mengatasi pengangguran.





F. Karakteristik Enterpreneur
a. Pekerja keras.
b. Disiplin.
c. Mandiri
d. Realitas
e. Prestatif (selalu ingin maju)
f. Komitmen tinggi
g. Tajam naluri bisnisnya.
h. Cepat melihat peluang usaha.
i. Kretaif
j. Ulet serta siap pada tantangan.
k. Ingin mencapai sesuatu.

Kegiatan menemukan sampai mewujudkan peluang menjadi usaha yang menghasilkan disebut proses Entrepreneurship. Dalam kegiatan mewujudkan peluang tersebut seorang Entrepreneur diharuskan mempunyai :
a. Memiliki komitmen serta determinasi serta ketekunan.
b. Mengarah kepada pencapaian serta pertumbuhan.
c. Berorientasi kepada sasaran serta peluang.
d. Mengambil inisiatif serta pertanggung jawaban personal.
e. Tidak kenal menyerah dalam memecahkan masalah.
f. Realistis serta memiliki gaya humor.
g. Memanfaatkan serta selalu mencari umpan balik.
h. Dapat mengendalikan permasalahan-permasalahan di dalam perusahaan.
i. Mampu mengelola serta menghitung resiko.
j. Tidak berorientasi kepada status.
k. Memilki integritas serta dapat dipercaya.

G. Pola Dasar Enterpreneur
Ilmu Entrepreneurship/ kewiraswastaan adalah ilmu tentang penghidupan. Ilmu yang akan membukakan pengertian tentang bagaimana seharusnya manusia meniti penghidupannya serta nilai-nilai apa yang diperlukan untuk mencapai cita-cita hidup yang hakiki. Untuk membina manusia menjadi makluk yang berguna, tidak cukup hanya memberikan kecerdasan, ketrampilan atau kepiawaian teknis saja. Prioritas mendasar adalah dengan membangun sikap mental yang baik terlebih dahulu. Sebab, seperti pepatah mengatakan, ilmu tanpa sikap mental menghasilkan kezaliman, sesertagkan sikap mental tanpa ilmu adalah kelemahan. Dua aspek ini harus hadir salling isi mengisi, karena jika terjadi absen pada salah satunya, maka akan berdampak buruk.
Struktur nilai kewiraswastaan dimaksud terdiri dari elemen-elemen :
Sikap Mental (attitude)
Kepemimpinan atau kepeloporan (leadership)
Ketatalaksanaan (management)
Keterampilan (skill)







H. Naluri Enterpreneurship
Setiap kegiatan yang mempunyai bobot persaingan, memerlukan ketajaman naluri. Demikian juga dengan wiraswastaan pengusaha bersaing bukan hanya dengan perusahaan-perusahaan pesaing, tetapi juga dengan keadaan serta situasi-situasi tertentu seperti moneter, ekonomi, politik perubahan kebijakan pemerintah, serta lain-lain. Untuk dapat mengantisipasi setiap perkembangan yang mungkin terjadi, seorang wiraswastaan perlu melatih naluri Entrepreneurshipnya, agar selalu siap menghadapi hal apapun serta tetap bertahan hidup.

I. Inti Enterpreneurship
Fungsi manusia akan tumbuh sempurna bila pembinaan dilaksanakan menuruti 4 tahap prioritas yaitu sikap mental, kepemimpinan, tata laksana serta keterampilan. Sebaliknya, ketidaksempurnaan serta kerusakan atau kehilangan dari salah satu unsur tersebut, akan mengakibatkan hal-hal negative pada manusia yang bersangkutan, bahkan bias fatal. Empat lapis prioritas diatas sebenarnya dapat disederhanakan menjadi hanya 2 (dua) kelompok, yaitu :
1.      Kelompok Sikap Mental yang mencakup lapisan sikap mental itu sendiri serta unsur kepemimpinan atau Leadership serta.
2.      Kelompok Ilmu Pengetahuan, yang terdiri dari lapisan manajemen serta keterampilan.














BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

            Dalam hal ini etos kerja dan enterpreneurship memiliki arti dalam berbagai bahasa serta bisa di artikan sama, yaitu suatu karakter. Namun keduanya memiliki karakter masing-masing. Orang yang memiliki etos kerja dan jiwa enterpreneurship disebut enterpreneur. Untuk menjadi seorang enterpreneur atau orang yang memiliki etos kerja yang tinggi maka harus memiliki karakter, diantaranya yaitu pekerja keras, disiplin, mandiri, kreatif, ulet dan memiliki komitmen yang tinggi. Etos kerja dan enterpreneurship tidak lepas dari faktor dan aspek seperti yang sudah di jelaskan di atas.
           









DAFTAR PUSTAKA

Sinamo, Jansen. 2005. Delapan Etos Kerja Profesional : Navigator Anda Menuju Sukses. Grafika Mardi Yuana, Bogor.
Anonim. 1990. Al-Qur’an dan Terjemahan. Depag RI.
Anonim. 1997. Konsep dan etika kerja dalam Islam. Almadani.


Website:
https://pintania.wordpress.com/etos-kerja-dalam-islam/
https://www.google.com/search?q=konsep+entrepreneurship&ie=utf-8&oe=utf-8

1 komentar: